Metode Pabrikasi Beton Pracetak, Jenis dan Aplikasinya

Metode Pabrikasi Beton Pracetak, Jenis dan Aplikasinya. Beton pracetak mempunyai banyak keunggulan sehingga banyak dipakai untuk beragam proyek konstruksi. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam lingkungan pabrik guna menghasilkan komponen beton pracetak adalah Stationary Production, Slip-form Production, dan Flow- line Production.
Metode Pabrikasi Beton Pracetak: Stationary Production
Metode produksi di mana proses pabrikasinya dilakukan pada cetakan yang bersifat tetap (tidak dapat bergerak) sampai pekerjaan selesai. Cetakan yang digunakan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar. Beberapa alternatif pemilihan rancangan cetakan adalah:
- Rancangan cetakan sedemikian rupa sehingga pada bagian samping dapat diputar ke bawah sehingga terlepas dari beton.
- Rancangan cetakan dapat diangkat ke atas sehingga terlepas dari betonnya.
- Dengan merusak cetakan (pasangan bata), cara ini biasanya digunakan untuk memproduksi beton pracetak berupa dinding dan plat lantai untuk keperluan rumah tinggal dengan berbagai ukuran yang tidak sama sehingga penggunaan cetakan yang dapat digunakan berulang kali menjadi tidak efisien.
Pengaplikasian metode ini pada pabrikasi komponen yang dimensinya cukup besar, seperti pembuatan komponen plat lantai. Pabrikasi Hollow Core Slab (HCS) dengan sistem stationary production.
Metode Pabrikasi Beton Pracetak: Slip-form Production
Metode pabrikasi dengan menggunakan cetakan yang dapat bergerak sepanjang casting bed. Pelepasan cetakan tersebut dilakukan dengan menggetarkan beton yang telah dipadatkan. Metode ini banyak dipakai untuk memproduksi beton pracetak berupa plat.
Metode Pabrikasi Beton Pracetak: Flow-line Production
Metode pabrikasi untuk memproduksi komponen dalam jumlah banyak (massal), misalnya komponen atap, dengan harapan dapat mempersingkat
waktu produksi.
Pemilihan Metode Pabrikasi Beton Pra Cetak
Pemilihan Metode Pabrikasi Beton Pracetak tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
- Jumlah komponen yang akan diproduksi.
- Dimensi dari komponen beton pracetak yang akan diproduksi.
- Bentuk dari komponen beton pracetak, linierlflat (slab-type component).
- Sistem yang akan digunakan (prestressed atau konvensional).
- Komposisi produk dan material yang akan digunakan (light-weight concrete component, multi layer slab).
Jumlah komponen yang harus diproduksi mempunyai korelasi dengan kemampuan mesin. Untuk rangkaian kegiatan yang memproduksi dalam jumlah kurang lebih 200 unit/tahun, metode yang tepat untuk digunakan adalah stationary production. Jika produksi mencapai 2000 unit/tahun dimungkinkan untuk menggunakan metode slipforming production dan jika diproduksi >2000 unit/tahun maka dapat dipilih flow line production.
Ukuran dari komponen yang akan diproduksi terbatas yang sesuai dengan kemampuan dari mesin yang tersedia. Selain itu juga terdapat korelasi antara. cetakan, crane, fasilitas transportasi dan ukuran dari komponen beton pracetak itu sendiri. Kriteria dari ukuran ini adalah berapa besar biaya awal yang harus dikeluarkan untuk pembuatan cetakan, berapa besar kapasitas mode transportasi yang tersedia dan berapa besar kapasitas crane yang harus disediakan untuk mengangkat komponen yang lebih besar.
Komponen beton pracetak dengan dimensi ukuran yang besar memang dapat menekan penggunaan tenaga kerja serta waktu pemasangan dapat dicapai lebih cepat. Pada sisi lain produk seperti ini membutuhkan biaya yang lebih besar untuk investasi peralatannya, sehingga timbul pertanyaan seberapa ukuran komponen beton pracetak sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan biaya tambahan yang dikeluarkan? Umumnya biaya yang harus dikeluarkan untuk kepentingan pemasangan t l0% dari total cost.
Bentuk komponen beton pracetak merupakan bagian penting dalam penentuan mekanisme proses produksi. Komponen balok dan kolom lebih mudah diproduksi dengan metode stationary production, sedangkan untuk memproduksi jenis slab adalah lebih cocok dengan metode Slip Forming production.